Satu Kata "MENIKAH"

04.17.00 1 Comments A+ a-



Menikah bukanlah perkara mudah, menyatukan dua manusia yang berbeda, sifat, watak, keluarga, budaya, dan kebiasaan. Tetapi, menikah adalah suatu kewajiban yang mau/tidak mau, siap/tidak siap harus dijalani.

Anak bungsu yang kini telah dewasa dan tetap dianggap belum dewasa oleh keluarganya meminta izin menikah kepada kedua orang tuanya dengan lelaki pilihannya. Mengikuti adat yang berlaku, sang lelaki berkunjung meminta izin kepada kedua orang tua wanita untuk melamarnya, kemudian meminangnya, kemudian dibawa bersamanya... Wanita harus siap kemana pun lelaki itu membawanya, karena ia sudah menjadi miliknya.

Aku ingin berbagi sedikit cerita kepada kalian yang membaca blog ini tentang pernikahan.

Aku memang tidak mendampingi kamu dari awal perjuanganmu, tetapi aku siap memulai hubungan denganmu seperti kertas kosong yang belum tercoret apapun. Anggaplah sebuah kertas kosong mulai tertulis "Minggu, 9 April 2017" di atas lembaran baru. Pertama-tama kutulis kalimat pembuka...

Aku menyukai parasmu terlebih dahulu sebelum aku lebih menyukai sifatmu yang sangat baik kepada semua orang tanpa pandang bulu "walau terkadang itu menjengkelkan bagiku", agamamu "kamu rajin solat", kerja kerasmu "kamu adalah tulang punggung keluargamu, aku sering mendengar kamu sering memberi kepada keluargamu bahkan kepada orang lain", kasih sayangmu kepada ibumu "ada yang mengatakan bila seorang laki-laki mencintai ibunya, maka sudah pasti ia akan mencintai istrinya seperti ia mencintai ibunya, walau terkadang itu membuat iri, dan yang terakhir aku mencintai pembawaanmu yang periang dan selalu menghiburku disetiap saat.

Aku bukan wanita yang hanya menunggumu di puncak, sebelum kita ke puncak aku sudah tau kamu bukan siapa-siapa, bukan seorang pejabat, ataupun orang kaya raya, tapi kamu kaya hati. Aku dan kamu sekarang masih di kaki gunung Everest kira-kira masih 8.000 m lagi menuju puncak. Aku siap menemanimu menempuh segala medan, seperti: sungai yang kuat dengan arusnya, laut yang kaya akan ombak besarnya, hutan yang banyak binatang buasnya, kerikil yang tajam dan menusuk-nusuk kulit, pasir yang licin membuat tergelincir, dan salju yang dinginnya menusuk kulit. 
"Aku telah menyiapkan segalanya jauuuuh sebelum kamu melamarku".

Wanita
Ya! Aku wanita juga seorang pejuang! 
Perjuangan menjadi istrimu tidaklah mudah!
Aku berjuang untuk bisa meyakinkan kamu untuk meminangku, meyakinkan bahwa aku wanita terbaik untukmu ("walaupun aku bukanlah orang baik"), meyakinkan bahwa manusia bisa berubah menjadi lebih baik. Perjuanganku tidaklah mudah! Banyak pihak yang menentang wanita sepertiku tidak pantas dengan laki-laki sebaik dirinya. Tapi aku berhasil meyakinkanmu saat itu, dan aku juga akan berhasil merubah segalanya menjadi lebih baik.

Wanita memang hanya perlu berjuang soal meyakinkan lelakinya dan itu tidak mudah! 
Karena banyak wanita yang lebih segala-galanya dariku. 
Tapi aku telah berhasil :)

Begitu banyak kertas yang harus ditanda-tangani, begitu banyak orang yang harus aku temui, begitu banyak pertanyaan yang harus aku jawab, begitu jauh perjalanan yang harus aku tempuh dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa kamu dampingi, karna saat itu kamu sedang sibuk menyelesaikan urusanmu, Semua begitu luar biasa...

Aku menikmatinya dan menghargai setiap prosesnya ("walau kadang suka mengeluh")
Sejak saat itu hatiku sudah terkunci, tak ada tempat untuk yang lainnya...

Ijab Qobul 
Aku hanya memasang senyum manis dan meminta izin kepada ayahku saat itu, kemudian aku mendengarkanmu mengucap ijab qobul 
"Saya terima nikah dan kawinnya Dewi Setiawati binti Sukardi dengan emas kawin tersebut tunai." Banyak yang bertanya bagaimana rasanya ijab qobul? Jadi begini rasanya, dunia seakan runtuh, hati berdetak kencang, membayangkan ayahku menyerahkan anak gadisnya kepada seorang laki-laki pilihannya, air mata secara serentak berjatuhan antara sedih lepas dari orangtua dan bahagia akhirnya aku menikah untuk menyempurnakan agamaku. Sejak saat itu pula aku paham, dosa-dosaku tidak ditanggung lagi oleh ayahku, tetapi oleh suamiku. :'(
 
Resepsi
Dua jam adalah waktu yang singkat untuk merasakan bersalam-salaman, cipika-cipiki, berfoto-foto ria dengan kerabat dan keluarga. Melihat para tamu mencicipi hidangan yang kami sediakan. Melihat ekspresi mereka yang juga ikut merasakan kebahagiaan kami. Sebelum menikah aku membayangkan resepsi yang megah seperti para selebriti, tetapi ekspektasi tidaklah sesuai kenyataan. Hidupku bukanlah sebuah drama seperti selebriti, aku hanyalah seorang biasa saja. Oiya...setelah resepsi pasti ada saja cibiran para tetangga tentang pesta kita, anggap saja itu angin lalu. Sesempurna apa pun kita mengadakan acara pasti ada saja yang kurang puas "namanya juga manusia". Satu, dua bulan kemudian angin itu benar-benar berlalu. :)

Waktu
Lucu rasanya satu bulan pertama menikah aku sering menangis karna merindukan orangtuaku, kamu sering pulang ke rumah orangtuamu. Kita sama-sama merindukan suasana keluarga masing-masing dan belum terbiasa hidup berdua saja. Dua sampai tiga bulan adalah puncaknya bahagia, merasakan sangaaat bahagia karna telah menikah, dalam diri sering berkata "kenapa tidak menikah dari dulu, hehehe". Bulan-bulan berikutnya adalah pengharapan sang buah hati. Ini adalah bulan kelima aku bersamanya, tetapi Allah masih ingin kami bermesra-mesraan berdua terus seperti orang pacaran :D

Menikah bukanlah tentang yang indah-indah saja, lima bulan menikah aku sudah merasakan yang namanya ujian. SALAH BESAR jika ada orang berpikir menikah karena hanya ingin bermesraan setiap waktu, menikah adalah ibadah, dikala ibadah kita sering diganggu oleh jin atau setan karena mereka tidak suka kita taat kepada Yang Maha Kuasa. Iman adalah tiang yang harus dibangun kokoh saat berumah tangga, memang ujianku ini belumlah besar. Tetapi, aku yakin akan ada ujian-ujian yang lebih besar nantinya. Seperti orang bersekolah, setiap naik kelas ujiannya pasti akan lebih sulit. Bagiku itu bukanlah penghalang, tetapi itu adalah sesuatu yang harus kita rasakan di dalam kehidupan ini.

Bagi kalian yang belum menikah "Jangan takut untuk menikah"
Bagi kalian yang belum bertemu dengan jodohnya "Jangan takut Allah sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuk kita, yakini itu!"
Bagi kalian yang sudah menikah "Berbahagialah, karena surga di depan mata"

Aku, Kamu, Menjadi Kita

06.28.00 0 Comments A+ a-

9 April 2017 disatukannya darah Jawa dan darah Palembang yang selama ini dinanti-nanti. Pertemuan antara kerasnya orang sumatera dan lembutnya orang jawa. Mereka kini melebur menjadi satu. Kalau dipikir-pikir skenario Allah memang yang terbaik. Jodoh yang selama ini kutunggu-tunggu ternyata ada di depan mata, dia adalah senior dalam kegiatan UKM fotografi di kampusku. Aku dan dia beda fakultas, dia jurnalistik dan aku keguruan, aku dan dia sama-sama punya kekasih waktu di bangku kuliah, aku dan dia sama-sama tidak pernah lirik-lirikan sama sekali, hubungan kita pure senior dan junior. Kalau dilihat-lihat dia sama sekali bukan tipeku dan aku juga bukan tipenya. Namun, siapa yang bisa menghalangi kuasa Allah...Jika Allah menghendaki, Dia cukup berkata "Kun Faya Kun" - Maka Terjadilah...

Paras tampan, hidung mancung, kulit putih, mata sipit bewarna cokelat, tinggi 160an
KINI MILIKKU.
Yang harus kujaga dan kusayangi sampai akhir hayatku, yang kini menjadi jaminan surgaku.